Sungai Musi Tercemar Mikroplastik

SHI,- Tingkat pencemaran air di Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan, terukur yang terburuk di Sumatera. Ini berdasarkan temuan Tim Ekspedisi Sungai Nusantara yang telah menyusur dan membandingkan hasil dari sejumlah sungai besar di Sumatera. Hasil diperkuat oleh pengukuran yang dilakukan Aliansi Peduli Musi (APM).

Tim Ekspedisi Sungai Nusantara menemukan tiga diantara jenis-jenis ikan yang ditemui hidup di Sungai Musi telah tercemar mikroplastik dalam tubuhnya. “Tahun ini kami dapati bahwa Ikan Seluang, Lampam dan Sapil sudah terkontaminasi mikroplastik,” kata Prigi Arisandi, peneliti Ekspedisi Sungai Nusantara di sela-sela susur Sungai Musi, Minggu 24 Juli 2022.

Prigi menuturkan sampel ikan dikumpulkan seminggu sebelumnya di pasar bawah Jembatan Musi II. Ketiga jenis ikan yang dianalisis kandungan lambungnya dan ditemukan mikroplastik di dalamnya adalah Seluang (Rasbora daniconius), Lampam (Barbonymus schwanenfeldii), Sapil atau Tembakan (Helostoma temminkii).

Analisis dilakukan di Laboratorium Mikroplastik Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) di Gresik, Jawa Timur. Hasilnya menunjukkan masing-masing mengandung 5 partikel mikroplastik (PM) pada Ikan Seluang, 7PM pada Ikan Sapil, dan 10 PM pada Ikan Lampang. “Jenis mikroplastik yang ditemukan adalah fiber atau benang atau serat, filament, fragmen dan granula,” Prigi menambahkan.

Amirudin dari Yayasan Ecoton menambahkan sudah meneliti di berbagai sungai di Sumatera diantaranya di Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Lampung, Bengkulu dan Sumatera Selatan. Hasilnya, Sungai Musi memberi tingkat pencemaran mikroplastik paling tinggi.

Pemerintah daerah setempat diharap menyadarinya dan menggalang upaya reduksi penggunaan plastik sekali pakai. “Karena ikan-ikan tadi memakan partikel halus yang bersumber dari sampah plastik yang sudah terurai,” ujarnya.

Dalam susur sungai Minggu pagi, 24 Juli 2022, tim Aliansi Peduli Musi beserta para mahasiswa mengukur kualitas air dan audit sampah berdasarkan merek yang ada padanya di pinggiran Musi arah Seberang Ulu. Dari hasil pengukuran kualitas air, beberapa parameter seperti klorin dan fosfat ditemukan sudah melebihi baku mutu menurut PP Nomor 22 Tahun 2022 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Kandungan klorin sebesar 0,18 ppm melebihi baku mutu sebesar 0,03 ppm dan fosfat sebesar 0,70 melampaui baku mutu sebesar 0,2 ppm untuk sungai yang digunakan sebagai bahan baku air PDAM.

Selain pengukuran kualitas, Aliansi juga melihat merek plastik yang menyampahi Sungai Musi. Ditemukan produk dari perusahaan Wing Surya yang paling banyak ditemukan, kemudian Unilever dan Indofood.

Putri Ayu Miranda (21 tahun) mahasiswa jurusan Hubungan Internasional Universitas Sriwijaya yang ikut dalam kegiatan itu menyatakan, “Seharusnya pemerintah dan produsen menyìapkan lebih banyak lagi tempat pembuangan sampah.” Aliansi Peduli Musi terdiri dari Ormas Sarekat Hijau Indonesia, Mapala K9, Spora Institute, Telapak Sumsel dan BEM FISIP Unsri.