Orangutan Dilindungi, Mari Disayangi

Ketua Sarekat Hijau Indonesia (SHI) Provinsi Sumatera Utara, Hendrawan Hasibuan mengatakan, Orangutan merupakan spesies endemik yang ada di Indonesia, hanya ada di tiga tempat yaitu, Kalimantan, Sumatera, dan Tapanuli. Spesies ini tidak jarang mendapat ancaman perburuan liar dan perdagangan.

SHI,- 19 Agustus merupakan hari Orangutan se-dunia. Di dunia, hanya ada tiga spesies Orangutan, dan semua berasal dari indonesia. Ada Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus), Orangutan Sumatera (Pongo Abelii) dan Orangutan Tapanuli (Pongo Tapanuliensis).

Ketua Sarekat Hijau Indonesia Provinsi Sumatra Utara, Hendrawan Hasibuan mengatakan, Orangutan merupakan spesies endemik yang ada di Indonesia, hanya ada di tiga tempat yaitu, Kalimantan, Sumatera, dan Tapanuli. Spesies ini tidak jarang mendapat ancaman perburuan liar dan perdagangan. Melihat jenis fisik Orangutan, karakteristik, dan sifatnya banyak orang yang senang terhadap Orangutan. Akibat dari kesenangan berlebihan, di duga ada yang melakukan pemeliharaan, sehingga Orangutan jauh dari habitatnya.

“Dan sesuai tagline peringatan Orangutan Tahun 2022 ini, yaitu Orangutan Hidupnya di Hutan. Bukan di kandang-kandang illegal, juga bukan hewan peliharaan. Orangutan dilindungi, dan harus disayangi” kata Hendrawan, Kamis (25/8/2022).

Selain itu, habitat Orangutan juga kerap kali dihantui dari kerusakan, deforestasi, eksploitasi investor, dan perubahan iklim. Sehingga ruang hidup Orangutan  terampas dan pasokan makanannya juga hilang.

“Makanya tidak jarang terlihat Orangutan masuk ke ladang atau kebun-kebun buah masyarakat yang mau hampir panen. Sehingga kondisi ini menimbulkan masalah baru yakni konflik manusia dengan Orangutan,” ungkap Hendrawan.

Orangutan tapanuli termasuk satwa liar dilindungi sesuai Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Yang Dilindungi. Sedangkan menurut IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) termasuk dalam klasifikasi satwa kritis yang terancam punah (critically endangered).

Orangutan tapanuli merupakan spesies kera besar yang hanya ditemukan di hutan Tapanuli, khususnya di tiga kabupaten, yaitu Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, dan Tapanuli Utara.

“Mari kita jaga habitatnya, guna mempertahankan spesies mereka. Jika tidak, ini akan tinggal cerita saja dan tak akan pernah dilihat oleh anak dan cucu-cucu kita ke depan. Untuk itu, selamatkan Orangutan Tapanuli,” pungkas Hendra.

Diketahui, Sebagian besar populasi Orangutan tapanuli tersebar di blok Batang Toru Barat dan Batang Toru Timur. Populasi orangutan itu juga ditemukan di Cagar Alam Dolok Sipirok, Suaka Alam Lubuk Raya, dan Cagar Alam Dolok Sibual-buali. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2019, jumlah Orangutan tapanuli di wilayah Batang Toru Barat saat ini 400 hingga 600 ekor, sedangkan di Batang Toru Timur sekitar 150-160 ekor.

Dianggap Hewan Keramat

Salah satu habitat Orangutan Tapanuli, berada di Dusun Sitandiang, Desa Bulu Mario Kecamatan Sipirok. Dan itu, sudah ada sejak zaman dahulu.  Masyarakat di sana, tidak pernah mengganggu orangutan tersebut. Meskipun disaat musim buah, orangutan selalu datang dan mengambil buah-buahan di kebun masyarakat.

“Masyarakat di Sitandiang, tidak pernah menyakiti orangutan tersebut. Bahkan mereka diperlakukan seperti hewan keramat, yang tidak boleh diganggu dan disakiti,” ujar Ketua Hendrawan.

Hendrawan, yang juga Koordinator Jaringan Masyarakat Marjinal (JAMM) dan Kader Konservasi Alam Sumatera Utara menjelaskan, masyarakat di Dusun Sitandiang menganggap Orangutan Tapanuli sebagai hewan keramat, berawal dari cerita orang-orang dulu, dan terus mengalir hingga sampai sekarang.

“Dahulu kabarnya, pernah ada kejadian masyarakat yang mau memanen duriannya. Dan ternyata duriannya sudah dimakan dan dirusak Orangutan. Sehingga tidak bisa lagi dipanen dan dijual,” ungkap Hendra.

“Merasa kesal, masyarakat tersebut menembak Orangutan itu, dengan senapan angin. Namun tiba-tiba, senapan yang berisi peluru itu tidak bisa ditembakkan. Padahal kondisi senapan itu, dalam keadaan baik. Dan sejak kejadian itu, masyarakat di sana menganggap Orangutan sebagai hewan keramat. Dan takut terkena musibah, jika menyakiti hewan tersebut,” sambung Hendra.

Pusat Informasi Orangutan Tapanuli

Orangutan tapanuli harus dijaga semua pihak, dan dianggap sebagai satu kekayaan yang harus tetap dipastikan keberlangsungan hidupnya agar tidak masuk dalam daftar satwa punah.

Dukungan semua pihak sebenarnya sudah ada tertuang di atas kertas 23 Februari 2018 lalu, dikenal dengan komitmen bersama yang terdiri dari tiga Kepala Daerah (Kepala Daerah Tapanuli Selatan, Kepala Daerah Tapanuli Tengah, Kepala Daerah Tapanuli Utara), seluruh perusahaan yang ada di lanskap batangtoru, dan NGO/LSM, Pemerhati Lingkungan, dan beberapa tokoh.

“Dan salah satu isi dari Komitmen Bersama tersebut, mendukung upaya konservasi keanekaragaman hayati, khususnya yang menjadi spesies kunci seperti orangutan tapanuli dan harimau sumatera melalui pembinaan habitat dan perlindungan jenis,” kata Hendra.

Namun, sampai sekarang, belum terlihat implentasinya untuk pembinaan habitat dan perlindungan Orangutan Tapanuli yang merujuk pada komitmen tersebut.

“Lewat momen, peringatan hari Orangutan se-dunia ini, agar semua pihak melakukan langkah-langkah nyata dalam pembinaan habitat dan perlindungan satwa yang ada khususnya di Kabupaten Tapanuli Selatan. Dan salah satu yang saya mau sarankan adalah pembuatan Pusat Informasi Konservasi Orangutan Tapanuli,” ujarnya.

Rencana itu, bisa memberdayakan masyarakat yang sudah menjadi kader konservasi alam dalam hal perlindungan habitat dan orangutan tapanuli.

“Misalkan memberikan pendidikan yang berkelanjutan mengenai konservasi sumber daya alam dan pendidikan mengenai Orangutan serta sosialisasi yang terus menentang satwa dan tumbuhan yang dilindungi berdasarkan peraturan-perundang-undangan,” tukas Hendra. 

 

*Repost Peringatan Hari Orangutan Se-Dunia 2022, Selamatkan Orangutan Tapanuli – Wahana News Sumut