Banjir Makassar 2024 ; Refleksi Sosiologis atas Kerentanan dan Ketimpangan

Oleh : Muh Adnan Kasogi*

Banjir besar yang melanda Kota Makassar pada tahun 2024 puncaknya dibulan Desember. bukan sekadar bencana alam, melainkan juga cerminan nyata dari permasalahan sosial dan ketidakadilan yang mendalam. Berdasarkan data BPBD Makassar sebagaimana di kutip detiksulsel (10/12/2024) menunjukkan bahwa kerusakan Rumah Sebanyak 67 unit rumah terendam, dengan total 158 kepala keluarga atau 731 jiwa terdampak. Begitu pun data Kementrian Sosial (21/12/2024) menunjukkan bahwa warga terdampak bajir yakni sekitar 1.611 jiwa mengungsi dari enam kelurahan, termasuk Manggala, Batua, dan Pandang. Data menunjukkan dampak yang signifikan, termasuk pengungsian massal, kerusakan properti, dan potensi gangguan ekonomi. Namun, di balik angka-angka tersebut terungkap dinamika sosial yang kompleks.

Salah satu aspek paling mencolok adalah bagaimana bencana ini memperburuk ketimpangan sosial. Masyarakat miskin yang tinggal di daerah rawan banjir, seperti di bantaran sungai atau pemukiman kumuh, menjadi kelompok paling rentan. Akses terbatas terhadap sumber daya, infrastruktur, dan layanan dasar membuat mereka kesulitan untuk pulih dan menghadapi dampak jangka panjang bencana.

Fenomena ini memperlihatkan bagaimana bencana alam dapat memperparah kondisi sosial yang sudah tidak adil. Ketimpangan ekonomi dan akses terhadap sumber daya mengakibatkan perbedaan signifikan dalam kemampuan masyarakat untuk menghadapi dan pulih dari bencana.

Selain itu, banjir Makassar juga mengungkap sisi lain dari dinamika sosial – solidaritas dan ketegangan. Di tengah kesulitan, muncul semangat gotong royong dan dukungan antarwarga. Namun, distribusi bantuan yang tidak merata dapat memicu kecemburuan sosial dan bahkan konflik. Hal ini menyoroti pentingnya keadilan dan transparansi dalam penyaluran bantuan serta pentingnya melibatkan masyarakat dalam proses penanggulangan bencana.

https://www.umtas.ac.id/

https://jurnal.insida.ac.id/public/

http://103.191.152.10/

http://qmedhospital.com/

https://ratugelap.com/

Bencana ini juga menjadi momentum untuk mendorong refleksi kritis tentang pembangunan kota yang berkelanjutan dan tangguh bencana. Bagaimana membangun sistem peringatan dini yang efektif, meningkatkan kualitas infrastruktur, dan menerapkan tata ruang wilayah yang mempertimbangkan risiko bencana? Pertanyaan-pertanyaan ini membutuhkan jawaban yang melibatkan pemerintah, masyarakat, dan para ahli.

Sebagai penutup, banjir Makassar 2024 bukan hanya sebuah peristiwa alam, melainkan juga sebuah pelajaran berharga. Bencana ini menyadarkan kita tentang pentingnya membangun kota yang inklusif, adil, dan tangguh. Mengatasi permasalahan sosial seperti kemiskinan, ketimpangan, dan akses yang tidak merata merupakan langkah krusial dalam mengurangi dampak bencana dan membangun masyarakat yang lebih resilient.

*) Penulis adalah Dosen sosiologi FISIP UNHAS