Hari Tani Nasional dirayakan TCF Dengan Konsep Zero Budget

Lintas organisasi petani di Sumsel, Serikat Petani Indonesia, Serikat Tani Nasional, Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) berkolaborasi dengan ragam organisasi, Sarekat Hijau Indonesia DPW Sumsel, Serikat Buruh Miskin Kota, Solidaritas Perempuan Palembang, Himpunan Keluarga Tamansiswa Sumsel, komunitas literasi Kelas Akhir Pekan Spora Institute, Forum Literasi Progresif Palembang, Rumah Baca Pelangi, Rumah Buku Cikep, dan Sobat Literasi Jalanan memperingati Hari Tani Nasional 24 September 2022 pada Sabtu (24/09/2022) dengan serangkaian acara bertajuk Tugal Camp Fest (TCF) 2022 alias Pesta Perkemahan Musim Tugal, diselanggarakan di Bumi Perkemahan Cadika Palembang.

Rangkaian kegiatan dihadiri 100 peserta, sebanyak 40 peserta berkemah membangun tenda di pelataran sesuai dengan agenda TCF, berkemah untuk mendiskusikan permasalahan agraria di Sumsel. Acara dimulai sejak dari Jumat sore (23/9) pukul 16.00 WIB. Peserta dari lintas organisasi sudah mendirikan tenda di pelataran Bumi Cadika. Kegiatan resmi dibuka pukul 20.00 WIB, dilanjutkan dengan pendidikan internal komunitas di setiap masing-masing tenda organisasi dari 21.30 sampai pukul 02.00 pagi.

Selanjutnya Sabtu (24/09/2022) dari 08.30 WIB sampai dengan pukul 17.30 diwarnai sesi Diskusi Dinamika Agraria Hari Ini dan Ke Depan, Diskusi Peran Perempuan Dalam Kedaulatan Pangan, Diskusi Politik Alternatif Untuk Mewujudkan Reforma Agraria, dan Diskusi Kearifan Ekologis Untuk Keberlangsungan Bumi. Dihadiri narasumber dari kalangan lintas aktivis, JJ Polong Direktur Spora Institute, Ripong Wakil Ketua Serikat Petani Indonesia DPW Sumsel, Ade Indriani Zuchri Ketua Sarekat Hijau Indonesia, Emilia Ketua Solidaritas Perempuan Palembang, Untung Ketua Konsorsium Pembaruan Agraria Sumsel, Ki Edi Susilo aktivis Serikat Tani Nasional, Candut aktivis Agroekologi, juga dihadiri akademisi Ferdiansyah dosen Hubungan Internasional UNSRI, Rellyan dosen Ilmu Politik di UIN Raden Fatah Palembang, Andry Mukmin mahasiswa Pascasarjana Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, dan Agus mahasiswa Pascasarjana Sosiologi UNSRI.

Ditutup Minggu (25/09/2022) dari 08.00 WIB sampai dengan pukul 09.00 WIB pembacaan buah pemikiran pertemuan. Adapun isi pertemuan berupa saling merawat organisasi masing-masing, dan saling merangkul antar organisasi untuk tujuan kemakmuran dan kesejahteraan. Untuk diketahui bersama, kegiatan TCF berbasis Zero Budget (Nol Annggaran) berbasis partisipatif dan kolaboratif dengan maksud membangun kolektivitas lintas organisasi di Sumsel untuk saling bersilaturahmi, memahami bersama permasalahan agraria di Hari Tani Nasional tanpa embelembel proposal.

“Hari Tani Nasional menjadi momentum bersama memahami permasalahan agraria di Indonesia, khususnya di Sumel tanpa disibukkan dengan proposal. Gerakan Sosial di Sumsel mampu membuat peristiwa sejarah berbasis partisipatif dan kolaboratif. Isu agraria merupakan isu kerakyatan tanpa golongan, ras, dan agama. Kita semua harus mencapai kemakmuran untuk mengakses tanah, air, dan menghirup udara yang sehat,” ungkap Asmaran Dani selaku Koordinator Pelaksana TCF 2022.

Hal senada juga diungkapkan oleh Emilia Ketua Solidaritas Perempuan Palembang saat memaparkan materi yang dibagikan ke peserta. Isu agraria harus dimaknai sebagai isu lintas kolektif, khususnya perempuan dalam hal ini harus mengambil peran di gerakan sosial menyuarakan Reforma Agraria dan Kedualatan Pangan.

“Reforma Agaria dan Kedaulatan Pangan tidak hanya digerakkan kaum lelaki. Perempuan juga dapat bersatu memperjuangan hak-hak masyarakat di pusaran agraria. Perempuan berdaulat, dan merdeka untuk setia di baris massa,” Ucap Emi, aktivis perempuan yang sampai hari ini masih aktif di baris massa gerakan sosial Sumsel.

Pada Hari Tani Nasional 2022 ini, TCF menyampaikan tajuk “Benih Kolektivitas Untuk Kemenangan Besok”. Maksud dari tajuk tersebut agar spirit memperjuangkan isu agraria tidak melemah. Justru harus semakin besar, dan solid. Hal itu disampaikan juga oleh Ferdiansyah Akademisi UNSRI.

“TCF diharapkan dapat menjadi aliansi dari lintas organisasi untuk membela dan memfasilitasi mereka yang menjadi korban dari permasalahan agaria di Sumsel, khususnya petani di daerah. Tidak hanya dari organisasi Serikat Petani, semua elemen gerakan harus bersatu mewujukan Reforma Agraria Sejati dan Kedaulatan Pangan bagi rakyat di desa dan di kota,” Ucap Ferdiansyah, dosen muda yang aktif berbagi pengetahuan di kegiatan kalagan marjinal.