Model Pembangunan Hijau di Indonesia: Belajar dari pengalaman dari Eropa
Pembukaan dialog publik dengan tema Model Pembangunan Hijau di Indonesia dalam studi Indonesia dan Eropa ini, berlangsung di Hotel Garuda Mas Jalan Kapt A Rivai Palembang, Kamis (18/8). Kegiatan ini dapat terlaksana atas kerjasama Pemerintah Kota Palembang bersama Sarekat Hijau Indonesia. Tujuan dari kegiatan ini sendiri untuk mencegah perusakan alam yang semakin parah di Indonesia.
Staff Ahli Bidang Ekonomi, Pembangunan dan Investasi Sudirman Teguh menyampaikan bahwa di beberapa lokasi pembangunan daerah ini menyebaknan kerusakan ekosistem, kebakaran hutan dan penyebab negatif lainnya bagi alam. “Upaya ketidak seimbangan dalam pembangunan dan lingkungan inilah yang menyebabkan kerusakan alam,” ungkapnya. Sudirman menambahkan bahwa keseimbangan ini seharusnya untuk dijaga bukan malah di rusak,
Sudirman mengatakan bahwa ada 2 jenis ladang yang menyebabkan kerusakan alam, yaitu perladangan berpindah dan sistem Sonor. “Malah sekarang ini lahan penyeimbang beralih fungsi menjadi lokalisasi pembangunan,” jelasya. Ia juga mengharapkan apapun pembangun yang ada di Palembang agar kiranya dapat terjaga.
Ade Andrian selaku moderator sekaligus penerjemah dari Robert Aarse perwakilan dari Partai Hijau Erpoa menjelaskan bahwa di Eropa juga mengalami hal seperti ini beberapa waktu lalu. “Ini yang terjadi di negara kami saat itu juga mengalami permasalahan yang sama, oleh karena itu pihaknya melakukan protes terhadap Negara tersebut.” paparnya. Negara Indonesia sendiri merupakan Negara yang menerima investasi asing yang jauh dari culture kebudayaan Indonesia. “Hal inilah yang menjadikan kerusakan hutan dan dikaitkan dengan tindakan korupsi ini semakin menambahkan kerusakan ekologi,” papar Robert.
Selama berlangsungnya acara ini, tampak dihadiri juga oleh Ketua Umum Sarekat Hijau Indonesia Chairil Syah, berbagai lembaga-lembanga lingkungan, lembaga solidaritas perempuan Palembang, Mahasiswa Universitas Sriwijaya, para seniman dan tamu undangan lainya.