Puluhan Gajah Liar Ganggu Perkebunan Warga

Puluhan gajah liar ganggu perkebunan dan pemukiman warga 14 desa di Kecamatan Cot Girek, Kabupaten Aceh Utara sejak 2 pekan ini. Hewan berbadan besar ini kerap merusak perkebunan warga, seperti pinang, pisang dan sejumlah tumbuhan kebun lainnya.

Informasi yang berhasil habadaily.com himpun, kawanan gajah ini sejak sepekan sebelum lebaran sudah berada sekitar 50 meter dari perkebunan warga. Sehingga warga pun dibantu oleh tim Conservation Response Unit (CRU) Cot Girek, Aceh Utara menghalau dengan menggunakan peralataran seadanya.

Ketua Serikat Hijau Indonesia (SHI), Retno Sugito yang ikut memantau langsung mengatakan, gajah liar tersebut juga berada dekat dengan PTPN I Aceh Utara. Bahkan kawanan gajah yang terbagi beberapa kelompok kecil siang malam berada di lokasi tersebut.

“Menurut pengakuan warga, ada sekitar 40 ekor gajah berkeliaran di kawasan itu sejak sepekan sebelum lebaran,” kata Retno Sugito, Senin (11/07/2016).

Sugito mengaku baru saja ia memperoleh informasi, gajah liar tersebut semakin mendekati perkebunan dan pemukiman warga. Hingga sekarang, warga masih berusaha menghalau agar tidak masuk keperkempungan.
“Warga sekarang hanya bisa menghalau agar tidak merusak kebun,” tukasnya.

Ia juga berharap, PTPN I, perusahaan yang menanam sawit di kawasan tersebut agar bisa mengambil peran untuk mencegah terjadi konflik satwa dengan manusia.

“PTPN I harus melakukan pencegahan, agar tidak terjadi konflik satwa,” pintanya.

Sementara itu Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, Genman S Hasibuan membenarkan ada kawanan gajah sejak sepakan sebelum lebaran mendekati perkebunan warga.

Namun, kata Genman, pihaknya telah melakukan antisipasi untuk pencegahan dengan cara menghalau gajah tersebut. Sehingga gajah tersebut tidak merusak perkebunan dan pemukiman warga.

“Sudah ada CRU di sana yang membantu warga untuk menghalau gajah liar tersebut. Itu sudah terjadi beberapa waktu lalu,” kata Genman S Hasibuan via telepon genggamnya.

Menurutnya, kawasan tersebut merupakan habitat gajah yang telah berubah fungsinya. Seperti adanya perkebunan, pemukiman warga dan sejumlah perubahan fungsi hutan lainnya.

Sehingga, sebutnya, wajar ada gajah yang turun ke lokasi tersebut. Karena memang itu merupakan habitatnya. Apa lagi, habitat gajah tersebut sudah ada tanaman yang menjadi makanan gajah.

“Itu sebenarnya habitat gajah. Kemudian warga ada yang menanam tanaman yang disukai gajah, seperti sawit, jadi gajah pasti akan datang,” imbuhnya.

Oleh itu, agar tidak terjadi konflik satwa dengan manusia. Genman sarankan agar warga tidak menanam sesuatu yang digemari oleh gajah. Namun, ia sarankan menamam seperti cengkeh, lada dan sejumlah tanaman yang tidak disukai oleh gajah.

“Lihat saja dulu waktu masa Iskandar Muda, bisa hidup berdampingan dengan gajah. Dulu tidak ditanam tanaman yang mengundang gajah datang. Kearifan lokal inilah yang harus ditumbuhkan lagi,” ujarnya.