Sumber Daya Air di Aceh Berkurang Akibat Eksplorasi Alam
Kualitas dan sumber daya air semakin lama semakin berkurang, sementara kebutuhan air semakin tinggi akibat makin rusaknya hutan di Aceh. Selain itu masih rendahnya kesadaran dalam menjaga sumber daya air membuat partisipasi masyarakat dinilai masih kurang dalam upaya menjaga sumber daya air.
Anggota Dewan Sumber Daya Air (DSDA) Aceh, T. M. Zulfikar mengatakan, sumber daya air di Aceh semakin berkurang akibat eksplorasi alam yang tinggi. Akibatnya persoalan terkait akses air bersih akan terus bermunculan.
Menurutnya ketika sumber air semakin rusak debit air juga semakin kecil, hal itu digambarkannya seperti kondisi krueng Aceh saat ini yang menjadi sumber utama untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi masyarakat di Aceh.
“Contohnya Krueng Aceh, debit air di Krueng Aceh semakin berkurang dan air juga semakin kotor akibat kerusakan hutan di sekitar hulu Krueng Aceh,” kata Zulfikar dalam sebuah diskusi terbatas di Banda Aceh, Rabu (10/08/2016).
Menurutnya, kondisi tersebut dapat diatasi jika fungsi hutan dikembalikan seperti semula dengan melibatkan partisipasi seluruh masyarakat dalam sistem pengelolaan sumber daya air.
Zulfikar menilai, dengan melibatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan air dan menjaga sumber-sumber air yang ada di hulu itu sangat penting dilakukan.
“Karena ketika terjadi kerusakan hutan maka akan banyak hal buruk yang akan menimpa masyarakat, makanya perlu kesadaran dan kontribusi seluruh lapisan masyarakat untuk sama-sama menjaga kelestarian hutan dan air jangan hanya mengambil untung saja. Karena air merupakan kebutuhan dasar bagi makluk hidup,” jelasnya.
Sikap serupa ditunjukan oleh DR.Ir.Agussabtin, M.SI, Dekan Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala. Menurutnya, untuk kembali meningkatkan kuantitas dan kualitas sumber daya air bagi pemenuhan kebutuhan hidup, masyarakat perlu didorong untuk meningkatkan wawasan dan partisipasinya dalam menjaga sumber daya air yang semakin berkurang tersebut.
Pentingnya partisipasi masyarakat tersebut karena adanya keterbatasan pemerintah dan keberhasilan pengelolaan air dan lingkungan tentunya tidak akan optimal tanpa melibatkan seluruh pihak termasuk masyarakat.
“Permasalahan terbesar itu terjadi akibat dipengaruhi oleh perilaku masyarakat itu sendiri, kalau masyarakat tidak bisa menjaganya di masa yang akan datang anak cucu kita akan kehilangan akses air untuk hidup,” jelasnya beberapa waktu lalu dalam sebuah seminar memperingati Hari Air Sedunia 2016.
Seperti diketahui, Balai Daerah Aliran Sungai (DAS) Provinsi Aceh mencatat sebanyak 6 DAS utama yang membentang di 10 Kabupaten dalam Provinsi Aceh dalam kondisi kritis. DAS tersebut merupakan sumber utama masyarakat untuk mendapatkan air bersih. DAS itu diantaranya, Krueng Peusangan, Krueng Meurebo, Krueng Aceh, Krueng Tripa, Krueng Tamiang dan Krueng Jambo Aye.